Chuseok, Hari Thanksgiving di Korea

Korean thanksgiving Chuseok

Chuseok adalah hari Thanksgiving di Korea dan merupakan satu dari dua hari libur utama di negeri K-pop ini. Chuseok dirayakan setiap hari ke-5 bulan 8 pada kalender bulan Korea (Bukan kalender Masehi), dan dijadikan hari libur nasional selama 3 hari (saat Chuseok serta 1 hari sebelum dan sesudahnya). Tahun 2013 ini, Chuseok jatuh pada tanggal 19 September sementara tahun depan akan jatuh pada tanggal 8 September. Tradisi orang Korea pada hari besar Chuseok adalah mengunjungi kota kelahiran nenek moyang atau leluhur mereka untuk melakukan penghormatan. Ritual ini biasanya meliputi sembahyang pagi-pagi sekali untuk menghormati leluhur lalu mengunjungi makam mereka untuk membersihkannya dan menawarkan makanan, minuman, serta hasil panen.

Sebagai tradisi hari libur Chuseok, orang Korea juga biasanya
berkumpul bersama keluarga dan mengadakan makan besar atau pesta makan-makan untuk berbagi makanan tradisional khas Korea seperti songpyeon, hangwa, dan arak beras. Songpyeon adalah jenis kue beras yang berisi aneka bahan isian yang sehat seperti biji wijen, kacang kedelai hitam, kacang hijau, biji cemara, biji kenari, chesnut, kayu manis, jujube (kurma merah Korea), dan madu. Sementara hangwa adalah kue yang terbuat dari tepung beras, umbi-umbian, buah, dan madu yang didekorasi dan diwarnai dengan bahan-bahan alami. Kue ini juga tidak hanya dimakan pada perayaan Chuseok saja, melainkan juga pada pesta perkawinan dan ulang tahun. Makanan lain yang biasanya juga disajikan adalah aneka buah, japchae, dan bulgogi.

Selain makan besar, diadakan juga berbagai acara perayaan dan pertunjukan yang semarak seperti permainan dan tarian rakyat tradisional. Salah satu permainan yang paling terkenal adalah Ssireum, di mana dua orang bergulat dengan cara memegang ikat pinggang satu sama lain (berwarna merah dan biru), dan salah satunya akan menjadi pemenang jika ia berhasil membuat tubuh bagian atas lawannya menyentuh tanah. Pertandingan ini sangat populer sehingga cukup sering diadakan, tidak terbatas hanya pada hari-hari libur besar saja. Selain ssireum, pertunjukan lain yang sering diadakan adalah Ganggangsullae, yaitu tarian tradisional yang dilakukan oleh wanita-wanita berpakaian hanbok dengan bergandengan tangan membentuk lingkaran, dan berputar sambil bernyanyi. Tarian ini dilakukan di bawah bulan purnama pada malam Chuseok. 

Jika Anda melewatkan perayaan Chuseok di Korea tahun ini, Anda masih memiliki kesempatan tahun depan. Tahun 2014 nanti, Chuseok akan jatuh pada tanggal 8 September. Catet ya! Perayaan Chuseok merupakan salah satu dari banyak festival yang diadakan pada musim gugur. Jadi kalo Anda berlibur ke Korea pada musim gugur, mungkin Anda juga bisa menyaksikan festival-festival lain yang tak kalah meriah sekaligus menikmati pemandangan tempat-tempat indah di Korea yang makin menakjubkan saat musim gugur.

Perayaan Tahun Baru Korea (Seollal)


Korean new year Seollal
Salah satu permainan tradisional pada hari Seollal
Seperti halnya tahun baru China dan tahun baru Islam, orang Korea juga merayakan tahun baru lain selain tahun baru 1 Januari, yaitu Seollal. Seollal adalah tahun baru Korea (Korean New Year) yang jatuh pada hari pertama kalender bulan Korea dan menjadi hari libur nasional selama 3 hari. Pada tahun 2013 ini Seollal jatuh pada tanggal 10 Februari, dan untuk tahun 2014, seollal jatuh pada tanggal 31 Januari.

Kebiasaan orang Korea pada tahun baru ini adalah pulang atau mengunjungi rumah orang tua mereka jika merantau atau sudah tidak tinggal serumah, dan juga melakukan penghormatan kepada leluhur. Banyak dari mereka juga berdandan dengan mengenakan pakaian tradisional Korea (hanbok). Makanan yang biasa dihidangkan pada hari libur Seollal adalah tteokguk (sup kue beras) dan soju (arak beras). Orang Korea menganggap tahun baru ini seperti halnya hari ulang tahun sehingga menganggap umur mereka telah bertambah 1 tahun setelah selesai makan tteokguk pada perayaan tahun baru ini.

Seperti tahun baru China, pada tahun baru Seollal juga ada tradisi memberi angpao oleh orang tua kepada anak-anak. Anak-anak biasanya mengucapkan selamat tahun baru kepada para orang tua (orang tua, paman, bibi, kakek-nenek mereka) sambil membungkuk, setelah itu para orang tua membalasnya dengan memberi uang yang dimasukkan ke dalam kantong kecil yang terbuat dari sutera. Kata-kata selamat tahun baru yang biasa diucapkan oleh anak-anak atau orang yang lebih muda adalah “saehae bok mani badeuseyo” yang artinya “have a blessed New Year” dan orang tua membalasnya dengan berkata “deokdam”. 

Sebagai hari libur dan perayaan paling penting di Korea, pastinya banyak acara yang diadakan untuk merayakan tahun baru Seollal, baik festival-festival rakyat maupun hiburan modern. Perayaan dan festival-festival ini biasanya bertempat di pusat-pusat kebudayaan Korea, dan juga tempat wisata yang erat kaitanya dengan tradisi dan kebudayaan rakyat Korea seperti istana kerajaan dan desa rakyat tradisional. Nah, Anda tertarik ingin merasakan seperti apa suasana tahun baru di Korea?

Artikel Terkait:
Chuseok, Hari Thanksgiving di Korea

9 Desa Hanok di Korea Selatan


Selain kuil-kuil dan istana kerajaan zaman dulu, salah satu yang mencolok dan khas dari kebudayaan Korea yang sering muncul dalam drama-drama kolosalnya adalah kampung-kampung penduduk dengan rumah tradisional Korea yang khas khas. Jangan kira bahwa desa dengan rumah hanok ini sebatas setting semata yang dibuat khusus untuk film, karena desa dan rumah-rumah ini memang benar ada dan masih bisa kita lihat hingga sekarang.

Bagi yang ingin mengenal budaya Korea atau penyuka dramanya, Anda pasti ingin datang dan melihat langsung desa-desa tradisional ini jika suatu saat nanti berkesempatan mengunjungi Korea Selatan. Iya kaan?? *ala Syahrini* Karena itu di sini saya rangkumkan 9 desa tradisional khas Korea yang layak untuk dikunjungi. Ready? Let’s go!

Buckchon Hanok Village Korea

Bukchon Hanok Village adalah desa rumah tradisional Korea yang terletak di area Bukchon, di antara Istana Gyeokbokgung dan kuil Jongmyo Royal Shrine. Desa tradisional yang memiliki banyak gang sempit dan rumah tradisional Korea (hanok) ini sengaja dijaga kelestariannya untuk mempertahankan suasana perkotaan pada masa dinasti Joseon. Kawasan Buckhon, yang terdiri dari Wonseo-dong, Jae-dong, Gye-dong, Gahoe-dong, dan Insa-dong, dulunya memang merupakan kawasan tempat tinggal para bangsawan dan pejabat kelas dari dinasti Joseon. Oleh karena itu rumah-rumah tradisional di desa ini juga merupakan rumah ‘gedong’ yang bagus pada zaman dulu. 

Saat ini, Bukchon Hanok Village digunakan sebagai pusat kebudayaan tradisional Korea dan juga kulinernya, di mana pengunjung bisa memiliki sedikit gambaran seperti apa kebudayaan pada masa dinasti Joseon. Desa ini memiliki jalan yang sempit, berliku-liku dan menanjak, yang diapit oleh bangunan-bangunan tradisional yang memberi atmosfer khas. Oleh karenanya, menelusuri jalan-jalan ini saja bisa menjadi pengalaman yang unik dan menyenangkan. Bukchon Hanok Village juga sering digunakan sebagai lokasi syuting drama Korea, salah satunya adalah drama Personal Taste yang dibintangi oleh aktor keren Lee Min Hoo. Drama lain juga sepertinya banyak yang memakai rumah-rumah di desa ini, tapi saya lupa apa saja :p

Jeonju Hanok Village

Jeonju Hanok Village adalah desa dengan rumah tradisional Korea (hanok) yang terletak di jantung kota Jeonju, provinsi Jeolla Utara (Jeollabuk-do), Korea Selatan, sekitar 3 jam perjalanan dari kota Seoul. Desa ini merupakan salah satu desa hanok yang paling terjaga kelestariannya. Meskipun desa tradisional, Jeonju Hanok Village memiliki transportasi dan jalan utama yang modern seperti halnya kota besar. Hal ini membuat desa ini memiliki pemandangan yang unik yang membuatnya seperti kota lama beratmosfer tradisional yang berada di tengah kota modern. Apalagi letaknya juga tidak jauh dipinggiran kota, melainkan di tengah kota dan dekat dengan area pusat perbisnisan kota Jeonju. 

Jeonju Hanok Village memiliki lebih dari 700 rumah hanok yang kebanyakan dibangun pada masa Dinasti Joseon (1392-1910). Rumah-rumah ini memiliki kondisi yang sangat baik dan sebagian besar merupakan rumah penduduk. Di desa hanok ini Anda tak hanya bisa jalan-jalan melihat rumah hanok, tetapi juga bisa merasakan langsung tradisi dan kebudayaan tradisional Korea yang lengkap seperti merasakan tinggal di rumah hanok dengan menginap di hanok stay, wisata kuliner khas Korea di restauran dan kedai teh tradisional, belanja aneka suvenir, sekaligus belajar membuat berbagai macam kerajinan tangan yang kemudian bisa Anda bawa pulang sebagai oleh-oleh. Baca  selengkapnya...

Korean Folk Village

Korean Folk Village atau Minsok Village adalah sebuah tempat wisata di kota Yongin, provinsi Gyeonggi, Korea Selatan yang berupa museum hidup yang menampilkan desa, kehidupan, dan kebudayaan tradisional rakyat Korea. Mirip seperti sebuah taman budaya. Tempat ini sangat populer baik di kalangan warga lokal Korea maupun wisatawan mancanegara, dan terletak dekat dengan Everland taman hiburan terbesar di Korea

Korean Folk Village terbagi menjadi banyak bagian dan memiliki banyak replika rumah tradisional Korea dari kelas sosial yang berbeda (petani, tuan tanah, bangsawan), yang berasal dari berbagai wilayah di Korea Selatan. Taman budaya ini juga memiliki pasar jalanan tradisional, restauran, pertunjukan tari tradisional, upacara pernikahan, keterampilan menunggang kuda, pameran teknik pembuatan barang-barang dari kayu dan logam secara tradisional, dan aneka kegiatan yang bersifat wisata dan rekreasi. 

Di bagian taman hiburannya, juga terdapat banyak wahana yang bisa dinaiki, permainan, taman patung, museum seni, museum rakyat Korea, dan juga museum rakyat dunia yang menyoroti gaya hidup tradisional dari seluruh dunia. Korean Folk Village juga sering digunakan sebagai lokasi syuting drama-drama Korea, salah satunya adalah drama Moon Embracing the Sun (2012) yang menggunakannya sebagai pasar lokal, tempat tinggal rakyat jelata, dan pemandangan malam hari.

Wah keren dan lengkap ya? Bagi yang tertarik dengan budaya Korea, tempat ini wajib dikunjungi karena tidak hanya menawarkan suasana tradisional dari desa dan rumah-rumahnya tetapi juga beragam kebudayaan dan gaya hidup tradisional ‘penduduk’ nya dalam satu tempat. All in one, berminat?

Namsangol Hanok Village

Namsangol Hanok Village adalah desa tradisional Korea yang terletak di Pil-dong, Jung-gu, Seoul, Korea Selatan, tidak jauh dari N Seoul Tower. Desa yang dikenal sebagai “A Village of Traditional Houses in the Namsan Valley” ini bertempat di sebuah lokasi yang dulunya merupakan sebuah resort musim panas pada era dinasti Joseon. Area resort ini terkenal dengan pemandangannya yang sangat indah seperti di negeri dongeng dan dikenal sebagai salah satu tempat paling indah di Seoul. 

Namsangol Hanok Village memiliki luas area 7.934 m2 dan terdiri dari rumah-rumah tradisional yang telah dipugar kembali untuk mempertahankan atmosfer area ini seperti aslinya pada zaman dulu. Sebanyak 5 rumah tradisional, termasuk beberapa ‘mansion’ paling luas di Seoul yang menjadi tempat tinggal para pejabat tinggi negara pada zaman dulu, berikut sejumlah rumah rakyat jelata khas Korea juga dipindah ke area desa ini. Sebuah taman tradisional khas Korea lengkap dengan sungai yang mengalir dan sebuah paviliun juga dibangun di sini untuk semakin menghidupkan kembali suasana klasik era dinasti Joseon. 

Biaya masuk: Gratis
Hari Selasa tutup
Transportasi: Bagaimana cara ke Namsangol Hanok Village?
- Naik subway jalur 3 atau 4, turun di Chungmuro Station.

5. Hahoe Folk Village
Hahoe Folk Village Korea

Hahoe Folk Village adalah sebuah desa tradisional Korea dari zaman dinasti Joseon yang terletak di Andong, provinsi Gyeongsangbuk-do, Korea Selatan. Keberhasilannya mempertahankan gaya arsitektur, tradisi rakyat, dan buku-buku berharga dari zaman Joseon, serta tradisi kuno dari desa berbasis klan, telah mengantarkan Hahoe Folk Village menjadi salah satu situs warisan dunia budaya yang ditetapkan oleh UNESCO, satu paket dengan Yangdong Folk Village.

Saat ini, Hahoe Folk Village terbagi menjadi dua dan masih ditempati oleh keturunan dari 2 cabang utama dari klan Pungsan Yu; yaitu Namchon (desa utara) yang ditempati oleh Gyeomampa dan Pukchon (desa selatan) yang ditempati Seoaepa. Dua bangunan yang paling terkenal di desa ini adalah Wonjijeongsa Pavilion dan Byeongsan Confucian School. Bangunan lain adalah Yangjindang Manor dan Pikchondaek House di desa utara serta Chunghyodang Manor dan Namchondaek House di desa Selatan.

Yangdong Folk Village Korea

Yangdong Folk Village atau Yangdong Village of Gyeongju adalah sebuah desa tradisional dari Dinasti Joseon yang terletak di Gangdong-myeon, 16 km ke arah tenggara dari Gyeongju, Gyeongsangbuk-do, Korea Selatan. Desa ini terletak di selatan gunung Seolchang dan terbentuk mengikuti kondisi alam dengan topografi gunung dan lembah. Dengan terjaganya kelestarian tradisi, kekayaan aset budaya, tradisionalisme, dan keindahan alam tempatnya berada, Yangdong Folk Village bersama dengan Hahoe Folk Village ditetapkan sebagai salah satu situs warisan budaya dunia oleh UNESCO pada tahun 2010.

Seperti halnya Hahoe Folk Village, Yangdong Folk Village juga masih ditempati oleh penduduk asli meskipun sebagian ada yang sudah tidak ditinggali. Desa ini masih mempertahankan adat istiadat rakyat dan juga bangunan tradisional bergaya arsitektur tradisional khas dinasti Joseon. Keseluruhan desa ini terdiri lebih dari 160 rumah tradisional beratap jerami dan juga genteng yang dibangun di seluruh area berhutan lebat. 54 rumah bersejarah yang berusia lebih dari 200 tahun juga telah dilestarikan. Bangunan yang penting di antaranya adalah Seobaekodang yang menjadi rumah utama keluarga Wolseong San dan Mucheomdang yang merupakan rumah utama keluarga Yeogang Yi. Bangunan lain adalah pavilun Ihayangjeon dan Simsujeong dan sekolah rakyat Ganghakdang. 

Di Yangdong Hanok Village, rumah-rumah klan Wolseung San dan Yeogang Yi serta keturunan mereka terletak di lokasi yang lebih tinggi di pegunungan dan lembahnya. Sementara rumah-rumah dari masyarakat kelas bawah, yang dicirikan dengan atap jerami, dibangun di tempat yang lebih rendah. Pengaturan desa yang seperti ini jelas menunjukkan stratifikasi status sosial yang nyata yang merupakan karakteristik kehidupan rakyat Korea pada masa dinasti Joseon.

7. Folk Village di Pulau Jeju
Tiga kampung rakyat lainnya bisa kita jumpai di Pulau Jeju, Korea Selatan.

Songeup Folklore Village

Seongeup Folk Village adalah kampung tradisional asli penduduk Jeju yang masih mempertahankan gaya hidup khas rakyat Jeju dan masih ditinggali oleh penduduk pulau ini. Desa ini terletak sebelah barat daya Seongsan, Jeju bagian timur. Biaya masuk: Gratis

Jeju Folk Village Museum

Seperti Korean Folk Village di no (3), Jeju Folk Village Museum juga bukan merupakan sebuah desa asli melainkan sebuah museum hidup atau museum outdoor yang sengaja dibangun untuk memperlihatkan aset-aset kebudayaan Pulau Jeju. Museum ini dibangun di atas area seluas 150.000 m2 dan terdiri dari bangunan-bangunan dengan aneka gaya arsitektur, baik yang sengaja dibangun atau bangunan asli dari tempat lain yang dipindah ke museum ini. Dengan area cukup luas, luangkan waktu setidaknya 4 jam sehingga Anda bisa menikmati seluruh bagiannya tanpa merasa terburu-buru. Biaya masuk: 6 ribu won.

- Folklore and Natural History Museum
Museum ini bukan desa rakyat, tidak juga menyerupai desa rakyat, tetapi benar-benar sebuah museum. Meskipun demikian kita bisa mengetahui aneka kebudayaan rakyat Pulau Jeju khususnya, dari sini. Museum ini memamerkan sejarah alam, benda-benda peninggalan, dan juga hewan, dan tumbuhan yang ditemukan di pulau Jeju. Museum ini terbagi dalam 4 ruang pameran utama yaitu cerita rakyat, sejarah alam, sumberdaya khusus, dan ruang audio visual.

Banyak kan yang bisa dikunjungi? Tetapi jika masih belum cukup, Anda juga bisa berkunjung ke istana kerajaan Korea zaman dulu yang mana tidak hanya menawarkan bangunan dan interiornya yang tradisional dan khas tetapi juga pertunjukan dan pemeragaan berbagai tradisi dan kegiatan yang dilakukan di lingkungan istana kerajaan dinasti Joseon :)

All articles ©explorerguidebook.blogspot.com









10 Makanan Khas Korea Selatan

makanan khas korea

Ingin tahu dan mencicipi kuliner khas Korea tapi bingung yang mana dari sekian banyaknya? Jangan khawatir, karena di sini sudah saya rangkumkan 10 masakan dan makanan khas Korea yang paling terkenal yang wajib dicoba. Kalau ada saran makanan Korea populer lainnya atau makanan favorit kalian tidak ada dalam daftar, silahkan share di comment ya. Happy reading!

1. Kimchi
makanan khas korea selatan Kimchi

Kimchee atau kimchi adalah masakan khas Korea yang terbuat dari sayuran yang difermentasi dengan aneka macam bumbu dan biasanya memiliki rasa pedas dan asam. Sayuran yang biasa dibuat kimchi adalah sawi (paling sering), lobak, atau timun. Sementara bumbu yang digunakan adalah cabe, jahe, bawang bombay, bawang putih, pasta udang, dan saus ikan. Kimchi biasanya dibuat dalam jumlah besar sekaligus karena makanan ini bisa tahan lama jika disimpan dengan baik. Di Korea, kimchi juga banyak dijual dalam kemasan.

Untuk penyajiannya, kimchi dipotong dan disajikan langsung sendiri sebagai lauk atau juga bisa digunakan sebagai bahan makanan Korea lain seperti kimchi stew (kimchi jjigae), pancake kimchi (kimchijeon), sup kimchi (kimchiguk), dan nasi goreng kimchi (kimchi bokkeumbap). Kimchi merupakan masakan yang sangat populer dan sudah menjadi masakan nasional Korea, bukan hanya sekedar masakan tradisional daerah. Kimchi juga menjadi bagian penting dalam kuliner dan kebudayaan Korea, dan hampir tak pernah absen dari setiap waktu makan orang Korea. Bahkan saking melekatnya kimchi dengan kebudayaan Korea, kalau orang bule bilang “cheeese” saat berfoto, orang Korea akan bilang... “kimcheee” :D

2. Kimbap
Makanan khas Korea selatan kimbap

Gimbap atau kimbap adalah makanan khas Korea yang terbuat dari nasi putih (bap) dan isian berupa potongan ikan, daging, telur, dan sayuran, yang digulung dengan lembaran rumput laut kering (gim) lalu dipotong kecil-kecil untuk satu kali makan. Satu gulung kimbap biasanya dibuat menjadi 6-8 potong. Bentuk gulungannya bisa bundar atau segitiga, dan rumput lautnya juga bisa digulung di bagian dalam, meskipun pada umumnya ada di bagian luar. Di Korea, sayuran yang biasa digunakan adalah timun, bayam, wortel, dan acar lobak (danmuji), sementara nasinya sedikit dibumbui dengan garam dan minyak wijen. Isiannya bisa sangat bervariasi dan mudah dimodifikasi, tergantung keinginan, selera, atau kreativitas. Dan cara penyajiannya juga bisa disajikan begitu saja atau kalau di Indonesia banyak ditambah bahan tambahan seperti mayonaise dan bahan lain agar lebih tasty :).

Nah, seiring dengan demam K-pop, drama Korea, dan juga kepopuleran Korea secara umum, kini di Indonesia juga sudah banyak restauran-restauran yang khusus menghidangkan makanan populer khas Korea, salah satunya adalah kimbap. Jadi kalau belum berkesempatan ke Korea, bisa mencicipi dulu kimbap ala Indonesia atau juga sushi gulung :)

3. Bibimbap
bibimbap makanan khas korea selatan

Satu lagi makanan asal Korea yang mirip namanya yaitu Bibimbap. Seperti namanya yang berarti “nasi campur”, bibimbap adalah nasi campur ala Korea yang terbuat dari nasi putih dan aneka macam lauk dan sayuran serta saus sambal. Untuk penyajiannya, bibimbap disajikan dalam mangkuk dengan lauk disusun sedemikian rupa agar warnanya terlihat kontras dan menarik, baru diaduk-aduk saat akan dimakan. Bibimbap juga ada yang disajikan di dalam pot/mangkuk panas seperti halnya hot plate dengan kuning telur mentah ditempatkan langsung di tengah lauk-lauknya :D

4. Bulgogi
Makanan korea Bulgogi

Bulgogi atau pulgogi adalah masakan khas Korea Selatan yang terbuat dari lembaran-lembaran daging sapi yang diiris tipis-tipis dan dimasak dengan cara dipanggang atau di tumis dalam pan. Lembaran-lembaran daging ini sebelum dimasak biasanya dimarinasi dulu dengan campuran kecap, gula, minyak wijen, bawang putih, lada, dan juga bumbu lain seperti jahe agar rasanya lebih lezat dan teksturnya lebih lembut.

Bulgogi biasanya disajikan bersama banyak macam lauk lain yang masing-masing disajikan dalam mangkuk-mangkuk kecil (sangat khas Korea!). Daging bulgogi panggang juga terkadang diberi sedkit saus sambal dan dimakan dengan cara dibungkus dengan daun selada bersama nasi dan lauk-lauk lain, kemudian dijejalkan dalam mulut :D. Sayuran berdaun lain juga bisa dipakai, tapi yang paling sering adalah daun selada. Saya juga pernah liat ada yang membungkus lauk dengan lembaran rumpul laut, tetapi nggak yakin itu bulgogi atau bukan, hehe..

5. Ramyeon atau Ramen
makanan khas korea Ramyun korean instan noodle

Ramen atau ramyeon adalah mie instan versi Korea. Bukan hanya orang Indonesia saja yang gemar makan mie instan, orang Korea juga suka. Hampir di setiap drama Korea pasti ada adegan makan ramen atau ramyeon (baca: ramyun), dan sukanya disajikan langsung bersama pancinya lalu makan dengan tutupnya atau bahkan dari pancinya langsung :p. Penyajiannya dan cara makannya juga sama seperti di Indonesia, bisa dimasak biasa atau dengan ditambah bahan lain seperti sayuran atau telur. Meskipun begitu, mie instan di Korea pada umumnya memiliki rasa pedas, dengan kuah yang terlihat lebih kental dan mie yang terlihat lebih besar, kenyal, dan yummy dari produk-produk mi instan dalam negeri. Merk ramen yang paling laris di Korea Selatan adalah Shin Ramyun yang juga populer di Cina dan Amerika Serikat.

makanan korea korean black bean noodle

Chajangmyeon atau Jjajangmyeon adalah salah satu hidangan mi khas Korea yang terbuat dari mie yang dicampur dengan saus kedelai hitam kental, sayuran, potongan daging (daging sapi atau babi), dan terkadang seafood. Mirip dengan mie ayam yang ada di Indonesia. Mie yang digunakan untuk membuat jjajangmyeon adalah mie yang besar-besar dan terbuat dari tepung terigu. Sementara sausnya terbuat dari pasta kedelai hitam yang dimasak bersama irisan bawang bombay, daging giling atau potongan seafood, dan bahan lain. Air kaldu biasanya juga ditambahkan untuk mengurangi rasa asin dari pasta kedelai, dan maizena atau pati kentang juga ditambahkan agar kuah lebih kental.

Cara penyajiannya, jjajangmyun selalu disajikan dengan danmuji atau acar lobak dengan saus kedelai diletakkan panas-panas di atas mi, dan terkadang ditambah potongan timun. Sebelum memakannya jajangmyeon perlu diaduk rata seperti halnya makan mie ayam. Jjajangmyeon ini juga termasuk makanan khas Korea yang sangat populer, dan tentu saja sering muncul dalam drama Korea (plis, jangan bosen-bosen denger saya sebut-sebut “drama Korea” :p). Seringnya mereka makan mie pasta kedelai hitam ini dengan lahap dan lugunya hingga mulut belepotan dengan pasta kedelai hitam :)) *jadi inget salah satu adegan di Coffe Prince*

Rekomendasi: Korean Food Night Tour

makanan korea selatan Japchae

Hmm... chapchae? Apakah sama dengan capcay di Indonesia? Mari kita telisik. Chapchae atau japchae adalah masakan khas Korea yang terbuat dari mi tepung ubi yang ditumis bersama aneka macam sayuran, biasanya wortel, bayam, atau jamur yang diiris panjang tipis-tipis, dan diberi kecap dan gula (Oo ternyata beda dengan capcay di Indonesia, tapi mirip dengan tumis bihun :)) cuma bihunnya lebih besar jadi lebih terasa kenyalnya). Japchae biasanya juga diberi garnish irisan cabe dan biji wijen dan terkadang disajikan bersama daging.

8. Sup Rumput Laut Korea (Miyeok Guk)
makanan khas korea sup rumput laut

Seperti namanya: "miyeok" yang berarti rumput laut dan "guk" yang berarti sup, Miyeok Guk adalah sup rumput laut khas Korea. Sup ini biasanya dibuat dengan merendam rumput laut kering dalam air hingga lunak kemudian memasukkannya ke dalam air kaldu sapi atau ikan. Sup kemudian dibumbui dengan kecap atau garam dan juga minyak wijen serta bawang putih.

Di Korea, miyeok guk biasanya dikonsumsi oleh wanita setelah melahirkan karena memiliki kandungan kalsium dan iodin yang tinggi, yang penting bagi ibu menyusui. Ibu hamil biasanya juga mengkonsumsi ini selama masa kehamilan. Karena itu, di Korea ada tradisi makan sup rumput laut pada hari ulang tahun untuk mengingatkan pada makanan pertama yang ibu mereka makan, yang juga berarti mereka konsumsi secara tidak langsung melalui ASI yang diberikan. Tradisi minum sup rumput laut saat ulang tahun ini dipercaya akan membawa keberuntungan selama setahun kedepan :)

9. Kue Beras
makanan korea tteokbokki kue beras pedas

Tteok atau kue beras adalah kue beras khas korea yang terbuat dari tepung beras ketan yang dimasak dengan cara dikukus, direbus, atau digoreng. Selain tepung beras ketan (atau biasa disebut sweet rice), beberapa jenis tteok juga bisa dibuat dari tepung beras biasa. Kue beras merupakan makanan yang identik dengan perayaan. Di Korea, ada tradisi dan kebiasaan makan sup kue beras (tteokguk) saat hari pertama tahun baru Korea untuk menandakan keberuntungan dan juga bertambahnya usia. Ada juga tradisi makan kue beras manis saat pesta perkawinan dan juga ulang tahun, dan makan songpyeon yaitu kue beras manis yang kenyal dengan isian, pada hari Chuseok (hari Thanksgiving di Korea).

Makanan khas korea selatan tteokbokki

Kue beras sendiri macam-macam bentuknya dan ratusan jenisnya. Sehingga tidak hanya bisa dimakan pada acara-acara tertentu tetapi juga sepanjang tahun. Satu jenis kue beras yang populer dan sering dijumpai sebagai jajanan kaki lima khas Korea adalah kue beras pedas atau tteokbokki. Jenis kue beras lain adalah hwajeon yang berupa pancake atau kue beras manis yang di atasnya diberi hiasan kelopak bunga azalea, krisan, atau bunga lainnya yang bisa dimakan.

Dari segi bahannya, kue beras juga bervariasi mulai dari yang komplit dengan buah atau kacang-kacangan, hingga yang tanpa rasa untuk dimasak sehari-hari sebagai bahan makanan lain (seperti untuk tteokbokki atau tteokguk). Beberapa bahan yang biasa digunakan untuk membuat berbagai jenis kue beras adalah kacang hijau, kacang merah, pasta kacang merah manis, aneka buah kering, biji dan minyak wijen, gula, dan biji cemara. Sebagai salah satu makanan khas dan bagian dari tradisi Korea, kue beras juga sering muncul dalam drama-drama Korea. Kalau Anda ke Korea, melihat pembuatan tteok atau kue beras secara tradisional juga bisa menjadi satu pengalaman yang menarik lho.

gurita hidup korea Sannakji live octopus

Salah satu makanan khas Korea yang unik adalah sebuah hidangan yang disebut sannakji. Sannakji adalah salah satu jenis makanan mentah khas Korea yang berupa gurita hidup berukuran kecil yang dipotong kecil-kecil, biasanya ditaburi dengan minyak dan biji wijen, lalu dimakan langsung hidup-hidup. Potongan-potongan gurita ini biasanya masih bergerak dan menggeliat-geliat saat disajikan dalam piring, dan juga saat akan dimasukkan ke dalam mulut *hii*. Selain dipotong-potong, sannakji juga bisa disajikan utuh, dan tentu saja... hidup-hidup *horor*.

60 Ways To Save In  Paris - Paris Pass, Buy Now

Untuk memakannya, (bagi yang punya nyali atau memang doyan :p), perlu diketahui bahwa lubang-lubang penyedot pada potongan tantakel-tantakel gurita ini masih aktif sehingga perlu hati-hati saat memakannya. Dan lebih ekstra hati-hati lagi jika yang dimakan adalah gurita utuh, apalagi jika ukurannya relatif besar. Karena lubang-lubang penyedot ini bisa melekat pada tenggorokan saat ditelan atau bahkan pada mulut yang bisa menyebabkan pemakannya tersedak atau tercekik, dan hal ini bisa berbahaya.

Beberapa kasus tersedak akibat makan gurita seperti ini juga telah dilaporkan, jadi jika Anda belum pernah memakan sannakji dan tetap tidak ingin memakannya :)), tak perlu memaksakan diri. Selain resiko tersedak tadi, bisa juga menimbulkan rasa tidak nyaman seperti mual atau muntah jika perut Anda tidak cocok. Lagipula, tidak ada kok yang perlu Anda buktikan dengan memakannya :p

Tetapi bagi Anda yang suka tantangan dan yakin bisa mengatasinya, makan sannakji atau gurita hidup khas Korea ini bisa menjadi pengalaman tersendiri and gives you another sense of achievement :D. Kalau saya sih... ehm, nggak doyan *alesan*


Artikel Terkait:
10 Tempat Wisata Paling Populer di Korea
Panduan ke Tempat Sauna Khas Korea

Useful links:
Hotel Murah di Seoul, Korea Selatan

Rekomendasi Tour:


Suka artikel di blog ini? Silahkan share dan ikuti updatenya via Facebook: Explorer Guidebook

Nami Island, Pulau Indah nan Romantis di Korea

pulau nami island korea

Suka penasaran kalau lihat drama Korea ada jalan-jalan bernuansa romantis dengan barisan pepohonan di kedua sisinya yang terjejer rapi? Atau pernah lihat di wallpaper? Mungkin Anda bisa menemukannya di Pulau Nami. Bukan hanya itu, kemungkinan Anda juga bisa menemukan tempat-tempat lain yang sering muncul dalam scene-scene drama korea yang pernah Anda tonton, karena pulau Nami memang merupakan salah satu tempat wisata paling indah di Korea dan langganan menjadi lokasi syuting film atau drama korea. Mau tahu ada apa saja di pulau mungil ini?

Nami Island atau Namiseom adalah pulau mungil nan indah berbentuk bulan separo yang berada di wilayah Chuncheon-si, provinsi Gangwon-do, Korea Selatan, 63 km jauhnya dari kota Seoul. Pulau ini bukanlah sebuah pulau yang berada di tengah laut, namun dulunya merupakan daratan yang berada di tengah sungai yang kemudian terbentuk seperti sebuah pulau akibat rendaman air dari sungai Bukhangang pada saat pembuatan waduk Cheongpyeong.

Namanya sendiri berasal dari nama Jenderal Nami, yaitu seorang jenderal yang dituduh berkhianat pada pemerintahan Raja Sejo dari Dinasti Joseon, yang dikubur di pulau ini. explorerguidebook.blogspot.com. Sebuah perusahaan tur kemudian membeli pulau ini pada tahun 1965 dan mengembangkannya menjadi sebuah taman hiburan. Karena itu pulau Nami lebih seperti pulau pribadi yang dibuat sepenuhnya menjadi tempat wisata dan dibuka untuk pengunjung. 

Pulau Nami Korea

Sejak tahun 2001 hingga saat ini, Pulau Nami bukan lagi sekedar sebuah taman hiburan, melainkan sebuah pulau dengan pemandangan alam yang indah yang juga menjadi pusat acara-acara kebudayaan dan seni di Korea. explorerguidebook.blogspot.com. Pulau ini memiliki hutan di bagian tepinya dan area berumput terbuka di bagian tengah. Di areal berumput ini, kita bisa melihat tupai, kelinci, burung merak, burung unta, dan bebek berkeliaran di tengah-tengah tanaman bunga liar.

Pulau Nami Island

Pulau Nami juga memiliki jalan-jalan yang ditanami dengan barisan pepohonan tertentu di kedua sisinya, yang paling indah dan romantis pada musim-musim tertentu sesuai jenis pohonnya. Misalnya saja “Jalan Gingko” paling indah saat musim gugur saat dedaunannya berubah warna menjadi kuning, coklat, atau merah dan berguguran. Ada juga “Jalan Metasequoia” dengan pohon-pohonnya yang tinggi yang merupakan salah satu lokasi syuting drama Winter Sonata dan paling indah saat musim gugur dan dingin. Karena itu jika Anda ingin benar-benar ingin melihat seperti apa kecantikan dan romatisme berbeda yang ditawarkan Pulau Nami setiap musimnya, Anda setidaknya harus datang ke pulau ini 4 kali, yaitu saat musim gugur, musim dingin, musim semi, dan juga musim panas :D.

Pulau Nami Island

Selain itu, seiring booming-nya drama korea Winter Sonata yang menjadikan pulau ini sebagai lokasi syuting, Pulau Nami memang kian populer dan menjadi salah satu tempat wisata terkenal yang wajib dikunjungi oleh wisatawan yang berkunjung ke Korea. Bagi Anda yang pernah menonton atau bahkan fans berat drama ini, Anda akan serasa bernostalgia dengan mengunjugi tempat-tempat yang pernah muncul dalam adegan drama korea Winter Sonata. explorerguidebook.blogspot.com. Bahkan saking terkenalnya pulau Nami sebagai pulau Winter Sonata, di pulau ini dibuat patung pasangan pemeran utamanya, Choi Ji woo dan Bae Yong Joon, dan banyak hal lain yang berhubungan dengan drama ini.

Pulau Nami Island

Rekomendasi Tour: Winter Sonata TV Tour on Nami Island from Seoul

Selain itu, pulau Nami masih memiliki banyak daya tarik lain seperti kebun binatang, kebun botani, perahu wisata, serta ayunan luncur menuju pulau. Dan dari segi seni dan budaya, pulau Nami adalah tempat diadakannya festival buku anak internasional serta acara kebudayaan lain yang diadakan setiap akhir pekan, yang membuat pulau ini sebagai salah satu dari daya tarik seni dan budaya utama di Korea Selatan. Bukan hanya itu, di Pulau Nami juga terdapat Song Museum, beberapa galeri seni, panggung indoor dan outdoor, 10 pondok penginapan, dan sebuah hotel modern, berikut dengan fasilitas seminar dan workshop.

Pulau Nami Island

Yang paling unik dari Pulau Nami, selain juga memiliki CEO layaknya sebuah perusahaan, adalah bahwa pulau ini telah mendeklarasikan kemerdekaanya pada tahun 2006 (mungkin maksudnya secara kebudayaan kali yaa..) dan lahir sebagai negara independen, Republik Naminara *taraa!!* :D. Dan tidak berhenti sampai di situ, Pulau Nami bahkan bertindak lebih jauh lagi (:p) dengan mengangkat seorang kepala ‘negara’, menciptakan bendera nasionalnya sendiri, mata uang, paspor, stempel, kartu telepon, hingga kartu tanda penduduk! Bahkan katanya pulau ini juga telah mempromotori pendirian Naminara di negara lain!! *eh?! 

Ah entahlah dengan statusnya sebagai negara sendiri ini, sepertinya sih hanya negara boong-boongan, khayalan, negeri fantasi, atau seperti negeri dongeng di taman-taman hiburan (:p) di mana para pengunjung juga diharuskan ikut ‘bermain’. Di indonesia kan juga ada republik-republikan, Republik Cinta! *kabur*. Hehe.. meskipun begitu, untuk bisa masuk ke Pulau Nami atau Naminara kita perlu mendapat 'visa' lho (ini tiketnya) dan masuk melalui imigrasi (ah loket tiket) :D. Untuk menuju pulau ini sendiri kita bisa naik kapal ferry selama 5 menit perjalanan atau bagi yang ingin sekaligus memacu adrenalin, bisa meluncur dengan ‘ayunan kabel’ dari pelabuhan kapal Ferry menuju Pulau Nami.

Nami Island immigration
Immigrasi Republik Naminara :D
Nami Island juga masih punya sisi lain yang tak kalah unik dan sepertinya patut dicontoh. Yaitu pada malam hari, semua lampu di pulau ini dimatikan sehingga pengunjung bisa berpadu dengan alam di bawah sinar rembulan dan kerlipan bintang-bintang (Aww). explorerguidebook.blogspot.com. Sebagian besar kayu dan botol yang ditinggalkan oleh pengunjung juga di recycle dan digunakan kembali. Wow benar-benar berkomitmen pada keseimbangan dan keharmonisan antara alam dan budaya ya. Hmm cukuplah sekarang alasan kenapa harus mengunjungi Pulau Nami di Korea Selatan ;) –The End-

Alamat Pulau Nami: Namiseom, Chuncheon, Korsel
Biaya/tiket masuk:
Dewasa : 8 ribu won
Anak-anak : 4 ribu won
Alternatif Transportasi ke Nami Island:
Naik bus dari Insadong, Seoul, ke Pulau Nami. Berangkat Pkl 09.30, kembali Pkl 16.00. Harga karcis bus PP 15 ribu won 

All articles ©explorerguidebook.blogspot.com


5 Istana Kerajaan Terkenal di Korea Selatan

istana tradisional korea selatan

Berikut saya rangkumkan 5 istana kerajaan Korea yang dibangun pada masa Dinasti Joseon. Istana-istana indah dan khas Korea ini sangat populer dan menjadi salah satu objek wisata terkenal yang wajib dikunjungi di Seoul, Korea Selatan. Istana-istana ini, yang dalam bahasa Korea disebut "gung", juga sering digunakan sebagai lokasi atau tempat syuting drama-drama kolosal Korea. Ready? Let’s go!

1. Gyeongbokgung Palace
Gyeongbokgung Palace

Istana Gyeongbokgung atau Gyeongbok Palace (Kyeongbok Palace) adalah satu dari 5 istana kerajaan Dinasti Joseon yang terletak di Seoul utara, Korea Selatan. Istana yang pertama kali dibangun pada tahun 1394 ini merupakan istana utama dan yang paling luas di antara 5 grand palace yang dibangun oleh dinasti Joseon (Dinasti Chosun), yang semuanya berada di kota Seoul. Istana Gyeongbokgung sebenarnya merupakan sebuah kompleks luas yang terdiri dari 330 bangunan dengan total 5.792 ruangan, namun banyak dari bangunan ini dihancurkan selama pendudukan Jepang, yaitu antara tahun 1910-1945. Dan sejak 1989, pemerintah Korea sedang dalam proses untuk membangun kembali bangunan-bangunan yang telah hancur.

Saat ini kita masih bisa melihat sejumlah bangunan di Kompleks Istana Gyeongbok yang cukup luas, yang terbagi menjadi beberapa bagian seperti area tempat tinggal, paviliun, kuil, area resmi kerajaan, dll. Di area istana ini juga terdapat sebuah paviliun kecil bernama Hyangwonjeong yang dibangun di atas pulau kecil buatan di tengah danau Hyangwonji. Pulau tersebut dihubungkan dengan areal istana melalui sebuah jembatan yang disebut Chwihyanggyo. Tempat ini merupakan salah satu sudut paling indah dari kompleks Istana Gyeongbok di mana pemandangan di sini merupakan perpaduan dari bangunan paviliun kuno, danau, jembatan, pepohonan serta puncak gunung, persis seperti yang ada dalam lukisan-lukisan.

Gyeongbokgung Palace juga menjadi tempat Nasional Folk Museum (Museum Rakyat Nasional) dan National Palace Museum of Korea (Musem Istana Nasional Korea) di mana kita bisa melihat secara dekat arsitektur, interior, adat istiadat, serta benda-benda peninggalan warisan Dinasti Joseon. Setiap harinya di istana ini juga diadakan semacam pertunjukan peragaan ulang dari ritual, tradisi, serta kegiatan-kegiatan yang terjadi di kehidupan kerajaan pada zaman Dinasti Joseon. Melihatnya secara langsung akan membuat Anda merasa seperti melihat langsung drama-drama kolosal Korea atau bahkan seperti telah terbang dengan mesin waktu dan kembali ke zaman dulu saat Dinasti Joseon masih berjaya di Korea Selatan :D. Anda juga bisa menyaksikan upacara pergantian penjaga istana dengan kostum tradisionalnya yang khas, yang diadakan setiap jamnya dari pkl 10.00-16.00.

Jam Buka Istana Gyeokbokgung:
Maret - Oktober: Pkl 9.00-18.00 
November - Februari: Pkl 9.00-17.00
* Tutup setiap hari Selasa 
* Loket tiket tutup 1 jam sebelum istana tutup
* Tur berpemandu GRATIS dalam bahasa Inggris: Pkl 11.00, 13.30, dan 15.30
Harga tiket masuk:
Dewasa: 3.000 Won (setengah harga untuk anak-anak usia 7-18 tahun)
Transportasi: Bagaimana cara ke Istana Gyeongbokgung?
Kereta api bawah tanah kota Seoul (Seoul subway):
- Naik subway line/jalur 3, turun di stasiun Gyeokbokgung, keluar pintu 5, jalan 5 menit menuju ke istana.
- Naik jalur 2, turun di stasiun Ganghwamun, keluar pintu 2, jalan 5 menit menuju ke istana.

2. Changdeokgung Palace
Changdeokgung Palace

Istana Changdeokgung atau Changdeok Palace adalah istana kerajaan kedua yang dibangun oleh Dinasti Joseon setelah Gyeongbokgung. Istana yang dibangun tahun 1935 ini berada di dalam area taman luas di Jongno-gu, Seoul, Korea Selatan; arah sebelah timur istana utama Gyeongbokbung sehingga disebut juga “East Palace” atau Istana Timur. Seperti 4 istana lainnya, Istana Changdeok juga rusak berat selama pendudukan Korea oleh Jepang dan saat ini hanya sekitar 30% dari bangunan pra Jepang yang masih tersisa.

Istana Changdeok dibangun di antara puncak Maebong dari gunung Bugaksan di belakang dan aliran anak sungai Geumcheon di depannya. Berbeda dengan Istana Gyeongbok yang tata ruangnya rapi dan teratur, bangunan-bangunan dari Istana Changdeok sekilas terkesan tersebar tak beraturan. Namun jika diamati lebih cermat, hal tersebut terjadi karena istana ini memang dibangun dengan menyesuaikan kontur dan topografi alam di mana istana ini dibangun, sehingga terlihat berpadu secara harmonis dengan alam sekitar. Inilah salah satu alasan kenapa kompleks Istana Changdeok ditetapkan sebagai salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1997, sementara 4 istana lainnya tidak.

Kompleks istana ini terdiri dari sejumlah bangunan yang terbagi dalam area pemerintahan di bagian depan serta area pribadi keluarga kerajaan di bagian belakang kompleks. Di kompleks Istana Changdeok juga terdapat sebuah taman belakang istana yang indah seluas 32 hektar yang disebut Huwon. Di sinilah biasanya raja menggelar upacara-upacara kerajaan. Taman ini terdiri dari sebuah kolam teratai, beberapa paviliun, halaman rumput, bunga, serta pepohonan.

Ada lebih dari 26.000 pohon di area taman ini yang terdiri dari 100 spesies yang berbeda, dan beberapa di antaranya ada yang berusia lebih dari 300 tahun. Salah satu bagian menarik dari taman ini adalah Ongnyucheon, yaitu saluran air berbentuk huruf U dengan air terjun kecil dan sebuah puisi terukir di batu besar di atasnya. Sementara area taman privat khusus untuk raja disebut Geumwon atau “Forbidden Garden” dan saat ini orang-orang Korea menyebutnya dengan Biwon atau “Secret Garden” (Jadi inget Won Bin :p). 

Oh iya, sejumlah bagian dari Istana Changdeokgung juga menjadi lokasi syuting drama korea Dae Jang Geum. Jadi bagi para penggemar drama ini, wajib memasukkan Changdeokgung Palace dalam daftar kunjungan wisata di Korea Selatan.

Jam Buka Istana Changdeokgung:
April - Oktober: Pkl 9.00-17.30
November, Maret: Pkl 9.00-16.30
Desember - Februari: Pkl 9.00-16.00
* Tutup setiap hari Senin
* Loket tiket tutup 1 jam sebelum istana tutup
* Tur berpemandu GRATIS dalam bahasa Inggris: Pkl 11.30 dan 14.30
Harga tiket masuk:
Dewasa: 3.000 Won (setengah harga untuk anak-anak usia 7-18 tahun)
Transportasi: Bagaimana cara ke Istana Changdeokgung?
- Naik subway jalur 3, turun di stasiun Anguk, keluar pintu 3, jalan 5 menit menuju ke istana.

3. Changgyeonggung Palace
Changgyeonggung Palace

Istana Changgyeonggung atau Changgyeong Palace adalah kompleks istana ke-3 yang dibangun pada masa dinasti Joseon. Istana ini dibangun di dekat Istana Changdeok pada tahun 1483 dan memiliki luas area yang relatif kecil dibanding istana-istana lainnya. Sekitar 70% dari area istana ini terdiri dari ruang hijau terbuka, pepohonan, dan juga kolam. Selain itu, sejumlah bangunan yang menjadi daya tarik Istana Changgyeong meliputi sejumlah aula, paviliun, pintu gerbang, dan juga jembatan. Dengan harga tiket masuk yang relatif murah dan letaknya yang tidak jauh dari pusat kota Seoul, Istana Changyeong biasa menjadi tempat rekreasi yang tenang bagi warga Seoul untuk sejenak lepas dari kesibukan dan keramaian kota.

Jam Buka Istana Changgyeonggung:
April - Oktober: Pkl 9.00-18.30
November, Maret: Pkl 9.00-17.30
Desember - Februari: Pkl 9.00-17.00
* Tutup setiap hari Senin
* Loket tiket tutup 1 jam sebelum istana tutup
Harga tiket masuk:
Dewasa: 1.000 Won 
Anak-anak: 500 won
Transportasi: Bagaimana cara ke Istana Changgyeonggung?
- Naik subway jalur 3, turun di stasiun Jongno 3-ga
- Naik subway jalur 4, turun di stasiun Hyehwa, keluar pintu 4.

4. Deoksugung Palace
Deoksugung Palace

Istana Deoksugung atau Deoksu Palace adalah istana ke-4 dari 5 istana dinasti Joseon. Istana ini sebenarnya dulu merupakan kediaman Prince Wolsan, kakak raja Seongjong, namun kemudian dijadikan sebagai istana kerajaan setelah istana lainnya dibakar pada tahun 1592 selama invasi Jepang dalam Perang 7 Tahun. Pada tahun 1618, setelah istana kerajaan resmi dipindah ke Changdeokgung yang telah dibangun kembali, Deoksugung menjadi istana pelengkap dan disebut Seogung atau “West Palace”.

Saat ini, Istana Deoksugung terdiri dari sejumlah bangunan dengan konstruksi yang bervariasi, termasuk dari kayu dan semen. Beberapa bangunan bahkan dibangun dengan gaya barat. Selain bangunan istana tradisonal, kompleks istana ini juga memiliki daya tarik lain yaitu taman berhutan dan juga Museum Seni Nasional.

Jam Buka Istana Deoksugung: Pkl 9.00-21.00. Senin tutup.
*Tur berpemandu gratis dalam bahasa Inggris: Selasa-Jumat Pkl 10.30
Harga tiket masuk:
Dewasa: 1.000 Won
Transportasi: Bagaimana cara ke Istana Deoksugung?
- Naik subway jalur 1 atau 2, turun di City Hall station, keluar pintu 3

5. Gyeonghuigung Palace
Gyeonghuigung Palace

Istana Gyeonghuigung atau Gyeonghui Palace adalah satu dari 5 istana Dinasti Joseon yang terletak di Seoul bagian barat. Pada masa akhir dinasti Joseon, istana ini berfungsi sebagai istana sekunder bagi raja yang mana biasanya sebagai tempat mengungsi oleh raja pada kondisi darurat. Istana ini dibangun di antara geografi pegunungan yang miring dan memiliki keindahan arsitektur tradisional.

Pada masa penjajahan Jepang, istana ini sepenuhnya dihancurkan namun kemudian dibangun kembali oleh pemerintah Korea dari tahun 1990an. Namun karena pertumbuhan kota dan pembiaran begitu saja selama puluhan tahun, pemerintah hanya berhasil merekonstruksi sekitar 33% dari bangunan istana asli. Saat ini di area Istana Gyeonghui juga ditempati Museum Sejarah Seoul dan Museum Seni Seoul.

Jam Buka: Tutup setiap Senin
Selasa – Jumat: Pkl 9.00-18.00
Sabtu, Minggu: Pkl 10.00-18.00
Harga tiket masuk: GRATIS
Transportasi: Bagaimana cara ke Istana Gyeonghuigung?
- Naik subway jalur 5, turun di stasiun Seodaemun, keluar pintu 4, jalan 10 menit menuju ke istana.

All articles ©explorerguidebook.blogspot.com


Baca juga:
9 Desa Rakyat Tradisional Khas Korea Selatan
Istana Buckingham: Istana Kediaman Resmi Ratu Inggris
Istana Kensington, London, Inggris